The Influence of Stigma on Community Attitudes Towards People with Mental Disorders in Gampong Krueng Juli, Kuala District, Bireuen Regency
DOI:
https://doi.org/10.55606/ijhs.v5i2.5206Keywords:
Community Attitudes, People with Mental Disorders, StigmaAbstract
Stigma is a negative label attached to an individual by society and influenced by the surrounding environment. In reality, individuals with mental disorders often experience greater stigma and discrimination from the community compared to those suffering from other medical illnesses. Ideally, the community should serve as a support system for people with mental disorders. This study aims to determine the influence of stigma on community attitudes toward individuals with mental disorders in Juli Seupeng Village, Juli Subdistrict, Bireuen Regency. This research is a quantitative study with a cross-sectional design. The sample consisted of 46 respondents, selected using purposive sampling. The study was conducted in Gampong Krueng July from August 10 to August 15. Data were analyzed using the Chi-square test. The univariate analysis showed that the majority of respondents had a high level of stigma (32 respondents or 69.6%), and most community attitudes were categorized as negative (38 respondents or 82.6%). The bivariate analysis revealed a p-value of 0.016, which is less than the significance level of 0.05 (ρ = 0.016 < α = 0.05), indicating a significant relationship between stigma and community attitudes toward individuals with mental disorders. Therefore, the alternative hypothesis (Ha) is accepted, and the null hypothesis (Ho) is rejected. It is recommended that communities change their mindset and perspectives, as negative attitudes can trigger relapses in people with mental disorders.
Downloads
References
[1] Aiyub, “Stigmatisasi pada penderita gangguan jiwa: Berjuang melawan stigma dalam upaya mencapai tujuan hidup untuk kualitas hidup yang lebih baik,” Idea Nursing Journal, vol. 9, no. 1, pp. 1–8, 2019.
[2] Amalita, “Perlindungan hukum terhadap penderita gangguan jiwa dalam pelayanan kesehatan pada struktur peraturan perundang-undangan Indonesia,” Scientific Law Review, vol. 2, no. 1, pp. 72–83, 2020.
[3] Chan, Pemulihan Gangguan Jiwa: Pedoman bagi Penderita, Keluarga dan Masyarakat. Jateng: Tirto Jiwo, 2019.
[4] Dinkes Aceh, Profil Kesehatan Aceh. Banda Aceh: Dinas Kesehatan Aceh, 2018.
[5] Djuari, Psikologi untuk Keperawatan, ed. 2. Jakarta: EGC, 2019.
[6] Effendy, O. U., Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2019.
[7] Fitriana, D. R., “Hubungan persepsi dengan penerimaan keluarga terhadap ODGJ di Poliklinik RSJD Atma Husada Mahakam Samarinda,” Borneo Student Research (BSR), vol. 1, no. 3, pp. 1617, 2019.
[8] Hanifah, H., Asti, A. D., and Sumarsih, T., “Stigma masyarakat dan konsep diri keluarga terhadap orang dengan gangguan jiwa (ODGJ),” Prosiding University Research Colloquium, pp. 14–23, 2021.
[9] Indra, Penerapan Statistik untuk Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup, 2019.
[10] Kemenkes RI, Profil Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018.
[11] Lestari, et al., “Kecenderungan atau sikap keluarga penderita gangguan jiwa terhadap tindakan pasung,” Jurnal Keperawatan Jiwa, vol. 3, no. 1, 2018.
[12] Machfoedz, M., Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif Bidang Kesehatan, Keperawatan, Kebidanan, Kedokteran, ed. 2. Yogyakarta: Fitramaya, 2018.
[13] Mane, “Gambaran stigma masyarakat pada orang dengan gangguan jiwa (ODGJ),” Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ), vol. 10, no. 1, pp. 185–192, 2022.
[14] Nasir, M., Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba Medika, 2018.
[15] Noorkasiani, R., Sosiologi Keperawatan. Jakarta: EGC, 2017.
[16] Notoatmodjo, S., Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2019.
[17] Putriyani, “Stigma masyarakat terhadap orang dengan gangguan jiwa di Kecamatan Kuta Malaka Kabupaten Aceh Besar,” Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Unsyiah, 2020.
[18] Setiadi, Pemulihan Gangguan Jiwa: Pedoman bagi Penderita, Keluarga dan Masyarakat. Jateng: Tirto Jiwo, 2018.
[19] Simanjuntak, N. O., “Hak pelayanan dan rehabilitasi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) terlantar menurut UU No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa (studi kasus UPT Wanita Tuna Susila dan Tuna Laras Berastagi),” Humanitas: Jurnal Kajian dan Pendidikan HAM, vol. 8, no. 1, pp. 54–76, 2019.
[20] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2019.
[21] Thong, D., Memanusiakan Manusia Menata Jiwa Membangun Bangsa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2020.
[22] UPTD Puskesmas Juli-2, Data Pasien Gangguan Jiwa di Wilayah Kerja Puskesmas Juli-2, 2024.
[23] Usrareli, “Hubungan stigma gangguan jiwa dengan perilaku masyarakat pada orang dengan gangguan jiwa di wilayah kerja Puskesmas Karya Wanita Pekanbaru,” Jurnal Bimbingan dan Konseling, vol. 1, pp. 22–32, 2020.
[24] Wicaksana, Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika, 2019.
[25] World Health Organization (WHO), Mental Health Atlas. Geneva: WHO Library Cataloguing-in-Publication Data, 2023.
[26] Yusuf, Kesehatan Jiwa: Pendekatan Holistik dalam Asuhan Keperawatan. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2019.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 International Journal Of Health Science

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.